Minggu, 08 November 2015

KERUSAKAN PANTAI DAN UPAYA MENGATASINYA DENGAN MENGGUNAKAN BREAK WATER METODE KUBUS

 Berdasarkan data yang diperoleh dari media cetak dan media elektronik maupun pengamatan visual  tentang keadaan pantai yang berada di kepulauan Indonesia, sebagian besar telah mengalami kerusakan yang sangat parah. Penyebab kerusakan pantai lebih banyak karena ulah manusia seperti perusakan karang pantai, penebangan bakau, penambangan pasir, serta bangunan yang melewati garis pantai. Selain itu penggalian karang menyebabkan pertambahan kedalaman perairan dangkal yang semula berfungsi meredam energi gelombang, akibatnya gelombang sampai ke pantai dengan energi yang cukup besar. 
Kegiatan pembangunan, industri dan aktivitas manusia serta pengaruh faktor alam pada umumnya telah memberikan pengaruh negatif pada kestabilan kawasan pantai. Faktor alam yang berpengaruh tehadap kondisi pantai antara lain timbulnya gelombang dan arus, terjadinya pasang surut, terjadinya sedimentasi dan abrasi yang berpengaruh pada berubahnya garis pantai serta kondisi sungai yang bermuara di perairan tersebut.
Aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara lain adalah pembangunan, reklamasi dan pengerukan dasar perairan untuk tujuan komersial yang berlebihan. Berkembangnya wisata bahari dibeberapa daerah pantai juga mendorong terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan buatan dengan dibangunnya beberapa fasilitas penunjang yang diperlukan.
Saat ini beberapa kawasan pantai di Indonesia telah mengalami kerusakan. Pengamatan di beberapa stasiun penelitian di Jawa menunjukan adanya kenaikan muka air laut dan mengakibatkan berkurangnya kawasan pantai. Gelombang laut yang datang ke pantai dengan energi yang cukup besar serta erosi dapat menambah kerusakan kawasan pantai. Tingkat kerusakan akan relatif rendah apabila perlindungan alami pantai tetap terjaga. Banyaknya kawasan pantai yang dihuni maka apabila terjadi kerusakan akan memberikan kerugian yang cukup besar. Usaha mengatasi kerusakan fisik dalam skala bangunan maupun lingkungan sudah banyak dilakukan.
 Abrasi.
Pantai mundur merupakan akibat proses erosi pantai (abrasi) sehingga garis pantai menjadi mundur jauh dari garis pantai lama. Garis pantai secara alami berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin, pasang surut dan arus serta sedimentasi daerah delta sungai. Namun perubahan garis pantai dapat meningkat dengan adanya gangguan ekosistim pantai seperti hutan bakau sebagai penyangga pantai banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah pertambakan, hunian, industri dan daerah reklamasi kemudian pembuatan tanggul dan kanal serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai.
Erosi pantai adalah proses mundurnya garis pantai dari kedudukan garis pantai semula. Hal ini disebabkan daya tahan material dilampaui oleh kekuatan yang ditimbulkan oleh pengaruh arus dan gelombang, tidak adanya keseimbangan antara lain suplai sedimen yang datang ke bagian pantai yang ditinjau dan kapasitas angkutan sedimen di bagian pantai tersebut.
Kondisi tersebut di atas perlu ditangani bersama antara instansi-instansi terkait guna mencegah erosi yang berkelanjutan dan jika mungkin “mengembalikan” (merehabilitasi/merestorasi) fungsi pantai sebagai kawasan umum, wisata, dan prasarana social-religius masyarakat. Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan sangat besar yakni dalam usaha membangun pengaman pantai. Pengaman pantai bertujuan untuk mencegah erosi pantai dan penggenangan daerah pantai akibat limpasan gelombang (overtopping).
  Penanggulangan Pantai Yg Terabrasi.
 Upaya manusia dalam penanggulangan pantai yang rusak ada beberapa metode disesuaikan dengan karakter dan sifat gelombang yang menerjang pantai, metode penanggulangan abrasi pantai seperti pemecah gelombang sejajar garis pantai (detached beakwater), struktur pemotong arus-sejajar-pantai tegak lurus garis pantai (groin), dan pembangunan dinding laut (seawall) telah banyak diaplikasikan dalam berbagai kasus erosi pantai di Indonesia. Selama mampu memenuhi syarat-syarat stabilitas rencana, maka ketiga macam struktur di atas terbukti cukup efektif menanggulangi abrasi. Namun demikian, ketiga cara yang tergolong ‘hard engineering’’ tersebut memiliki kelemahan dari segi keindahan pandangan. Pantai akan kelihatan kaku dan kurang alami dan bahkan mungkin tampak “kotor” dengan adanya struktur tersebut.
Sebuah alternatif penanggulangan yang fungsional dan tidak mengandung kelemahan ketiga cara di atas serta belum diterapkan di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Jepang, adalah penanggulangan/pencegahan terjadinya abrasi menggunakan Break Water murni berbentuk susunankubus dengan ukuran tertentu berdasarkan survey perencanaan yang saling mengait satu dengan yang lainnya.
Idea ini telah diujicobakan pada pantai di Pulau Tolop dan berhasil dengan baik sejak tahun 2003 yang lalu. Pada pelaksanaannya breakwater bentuk kubus ini sangat efektif meredam energi gelombang yang datang, bahkan bentuk ini membawa manfaat dengan terjadinya sedimentasi sebelah dalam breakwater. Sedimen ini terjadi karena material bawa’an air laut yang telah diredam oleh breakwater mengendap tidak sempat kembali kelaut bersama air laut.
Breakwater bentuk Kubus.
Untuk melindungi daerah pantai dari serangan gelombang, suatu pantai memerlukan bangunan peredam gelombang. Peredam gelombang adalah suatu bangunan yang bertujuan untuk mereduksi atau menghancurkan energi gelombang. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar,
Peredam gelombang bentuk kubus adalah merupakan peredam gelombang yang mempunyai permukaan lebih kecil/sempit dikarenakan cara pemasangannya disesuaikan dengan sifat dan arah datangnya gelombang, sehingga menyebabkan gelombang akan kehilangan energi lebih besar karena gesekan dengan permukaanperedam gelombang datar (kubus).
Breakwater berbentuk kubus sangat efektif untuk meredam energi gelombang, dengan cara pemasangan sudut menghadap arah datangnya gelombang. Gelombang akan dipecah oleh sudut kubus sehingga energi yang dibawa oleh gelombang berkurang, seterusnya energi yang sudah tereduksi diterima kembali oleh kubus dibelakangnya, demikian seterusnya sampai gelombang laut benar-benar berkurang energinya.
Cara pemasangan kubus.
Cara pemasangan breakwater berdasarkan survey yang dilakukan untuk mengetahui sifat dari gelombang antara lain yang harus diperhatikan adalah arah datangnya gelombang, tinggi gelombang dan contour tanah sebagai fondasi untuk pemasangan kubus. Setelah mengetahui sifat dari gelombang maka dapat ditentukan dimensi kubus, demikian juga setelah mengetahui contour tanah maka diketahui bagaimana cara membuatleveling sebagai fondasi kubus.
Pada tahap pemasangan yang harus diperhitungkan adalah jadwal pasang surut laut, hal ini akan mempengaruhi kerja pemasangan kubus yang memerlukan ketelitian agar kubus dapat terpasang saling mengait dan dapat duduk tepat pada posisinya. Apabila pemasangan selesai maka akan terlihat keindahan dan kerapihan, bahkan apabila telah terjadi sedimen yang cukup maka kubus-kubus tersebut dapat dipindahkan ketempat lain yang memerlukan.
Ada beberapa keuntungan penggunaan breakwater model kubus, 
1. Pembuatannya sangat mudah, 
2. Waktu pembuatannya cepat,
 3. Bila penggunaan dianggap cukup, kubus dapat dipindah ketempat lain, 
4. Punya nilai estetika yang baik.
Dengan demikian pengunaan breakwater model kubus sangat tepat pada pantai yang mengalami abrasi karena kerusakan antara lain hutan bakau ditebang untuk penggunaan lain, karang digunakan sebagai bahan bangunan, kerusakan kawasan pantai karena polusi berupa tumpahan minyak serta limbah lainnya yang dihasilkan ulah manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar